Saturday, July 21, 2007

ISLAM, TRADISI DAN ORANG BETAWI

" …di Betawi persentuhan penduduk pribumi dan unsur-unsur Eropa barangkali lebih lama dan lebih erat daripada daerah manapun di Jawa. Dan disini - di luar beberapa kekecualian yang tentu saja ada - nyaris tidak terdapat kefanatikan. Meskipun begitu, penduduk kampung dimanapun di Jawa tidak ada yang lebih taat beragama Mohammadan dalam tingkah lakunya daripada di Betawi. Sedangkan agama Islam di sini jauh lebih maju daripada daerah lain di Jawa dalam tindakannya memusnahkan adat istiadat pribumi” Kutipan surat Snouck Hurgronje kepada Direktur Kehakiman Pemerintah Kolonial Belanda tanggal 18 April 1893.

Sosok Snouck Hurgronje, yang berhasil memporak porandakan perlawanan masyarakat Aceh dengan topeng ke Islamannya, lewat suratnya mengakui perkembangan dan kemajuan masyarakat Betawi yang berusaha untuk menjalankan Islam secara kaffah. Dari coretan pena-nya kita dapat mengetahui bahwa, sudah sejak dari zaman Kolonial para alim ulama di Betawi telah mencoba dan dapat dikatakan berhasil memisahkan adat istiadat/ tradisi yang sangat jauh dari nilai-nilai Islam, dari kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Berdasarkan sejarah Indonesia, bahwa perkembangan Islam masih tercampuri oleh adat istiadat dari kerajaan-kerajaan Hindu, yang pada saat itu kekuasaannya meliputi seluruh tanah Jawa. Ketika perlahan lahan Islam mulai berkembang dengan damai, maka secara tidak langsung terjadi asimilasi antara nilai-nilai Islam dan nilai-nilai peninggalan kerajaan-kerajaan tersebut. Hal yang sungguh membahayakan kemurnian aqidah. Tapi hal ini tidak terjadi di Betawi. Kemampuan orang-orang Betawi dalam menyikapi budaya atau apapun yang bersinggungan langsung dengannya tidak sampai mengganggu nilai-nilai keimanan. Kentalnya nilai-nilai Islam dalam keseharian orang Betawi bahkan sampai menerbitkan pepatah—bukan Betawi kalau nggak Islam. Meski tipikal Orang Betawi mudah bergaul tapi terdapat Filter pergaulan, berupa wawasan yang luas dalam memahami yang haq dan yang batil dalam ajaran Islam. Hingga ketika tradisi peninggalan kerajaan Hindu yang telah berlalu, maupun tradisi dari Eropa yang masih berlangsung, tidak serta merta mengerus aqidah Islam mereka.

Ditengah ramainya arus informasi di era globalisasi ini, orang-orang Betawi pun dituntut untuk dapat turut serta di zamannya. Tentunya Filter pergaulan juga harus ada dalam diri orang-orang Betawi jaman sekarang. Agar narkoba, minuman keras, dan seks bebas yang menjalari bola dunia globalisasi ini dapat tersaring untuk tidak masuk ke dalam darah dan daging kehidupan orang-orang Betawi. “Ane nggak mau ngelonin kebatilan” kata Guru Mansur, ulama Betawi dari Jembatan Lima ( 1878-1967), beginilah prinsip yang harus terpatri dalam jiwa orang-orang Betawi, meninggalkan kebatilan dan mengejar kemaslahatan untuk dunia dan akhirat. Kecil rajin ngaji, gede jaga harga diri, kerja nggak korupsi, tua disegani, mati Allah ridhoi. Amin. Selamat Ulang Tahun Jakarta, Selamat Ulang Tahun Orang-orang Betawi.

1 comment:

Anonymous said...

hidup orang betawi